A.
Motivasi
1.
Pengertian Motivasi
Istilah
motivasi berasal dari kata Latin “movere”
yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara
mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan
(Malayu S.P Hasibuan, 2006: 141). Motivasi merupakan daya dorong atau daya
gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau
pekerjaan.
2.
Jenis-Jenis Motivasi
Jenis-jenis
motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut Malayu S. P Hasibuan
(2006: 150), yaitu:
a)
Motivasi
positif (insentif positif),
manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang
berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat,
karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
b)
Motivasi
negatif (insentif negatif),
manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang
pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat
kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum. Pengunaan
kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapa dan kapan agar dapat
berjalan efektif merangsang gairah bawahan dalam bekerja.
3.
Tujuan Motivasi
Secara
umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 2006: 73). Tindakan
memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh
yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan
memahami benarbenar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang
akan dimotivasi.
4.
Fungsi
Motivasi
Menurut
Sardiman (2007: 85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
a)
Mendorong
manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b)
Menentukan
arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c)
Menyeleksi
perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
5.
Metode Motivasi
Menurut
Malayu S. P Hasibuan (2006: 149), ada dua metode motivasi, yaitu:
a)
Motivasi
Langsung (Direct Motivation)
Motivasi
langsung adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara
langsung kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.
Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, dan sebagainya.
b)
Motivasi
Tak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi
tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga lebih bersemangat dalam bekerja.
Misalnya, mesin-mesin yang baik, ruang kerja yang nyaman, kursi yang empuk, dan
sebagainya.
B.
Teori Menurut Frederick Herzberg
1.
Latar Belakang Herzberg
Frederick Herzberg (1923-2000),
adalah seorang ahli psikolog klinis dan dianggap sebagai salah satu pemikir
besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Frederick I Herzberg dilahirkan
di Massachusetts pada 18 April 1923. Sejak sarjana telah bekerja di City
College of New York. Lalu tahun 1972, menjadi Profesor Manajemen di Universitas
Utah College of Business. Hezberg meninggal di Salt Lake City, 18 Januari 2000.
2.
Teori Dua Faktor Hezberg
Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990 :
177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene
dan motivator. Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a)
Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan
yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung
terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah
dipenuhi.
b)
Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang
menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam
melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan
terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
3.
Penerapan Teori Dua Faktor Herzberg
Dalam Organisasi
Dalam kehidupan organisasi,
pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun
motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh
Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
a)
Motivasi sebagai suatu yang penting
(important subject) karena peran pemimpin itu sendiri kaitannya dengan bawahan.
Setiap pemimpin tidak boleh tidak harus bekerja bersama-sama dan melalui orang
lain atau bawahan, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada
bawahan.
b)
Motivasi sebagai suatu yang sulit
(puzzling subject), karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur
secara pasti. Dan untuk mengamati dan mengukur motivasi berarti harus mengkaji
lebih jauh perilaku bawahan. Disamping itu juga disebabkan adanya teori
motivasi yang berbeda satu sama lain.
Kedua,
teori Herzberg lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya
mengenai hubungan antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini
dikemukakan oleh Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan dari
teori hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Teori
Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam
memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki
kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan.
Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan
(Leidecker and Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Berdasarkan
hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai
Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor (Cushway and Lodge,
1995 : 138). Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi
pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga
dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang
juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori
Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu
faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing
orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi
karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat
otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak
terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya,
mereka yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat
kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya
diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (dalam
Sondang, 2002 : 107).
Adapun
yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri
(the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju
(advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab
(responsible).
Menurut
Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat para
pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak
dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja
tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan
potensial (Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan
faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong semangat
guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan
tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma
tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker &
Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Dari
teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan
ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali
dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari
pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar
mereka (Cushway & Lodge, 1995 : 139).Phyrman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar